INDONESIA :

Diambilnya permasalahan ini berdasarkan kondisi yang dimana dalam suatu proses pendidikan, anak berkebutuhan khusus banyak memiliki hambatan misalnya, pendengaran, penglihatan, kecerdasan, interaksi sosial maupun prilaku mereka yang berbeda dengan anak normal pada umumnya. Hal itu membuat proses pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus dilakukan dengan cara berbeda dengan anak normal pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus dibagi menjadi beberapa diantaranya, anak autis, anak tuna netra, anak tunarungu wicara, anak tunadaksa, tuna laras, tuna ganda dan sebagainya. Dari hal yang dialami anak anak berkebutuhan khusus, pastinya mereka perlu bimbingan dalam belajar secara khusus dan berbeda dari anak normal agar mereka bisa tetap berprestasi dan bekarya sesuai dengan bakat alami yang mereka punya. Walaupun demikian, faktanya pada tahun 2022 sampai 2023 anak berkebutuhan khusus berhasil meraih prestasi diberbagai bidang, diantaranya Juara pertama ujian nasional, juara perlombaan tari tingkat provinsi, juara otomotif dan masih banyak prestasi lainnya.

Penelitian ini merupakan hasil kajian dan pengamatan atas proses tahapan melalui secara menyeluruh dan umum, proses konseling individual dari kegiatan paling awal sampai kegiatan akhir, terentang dalam lima tahap yaitu (1) tahap pengantaran (introduction), (2) tahap penjajagan (enverfigation) (3) tahap penafsiran (interpretation) (4) Tahap pembinaan (intervention), dan (5) tahap penilaian Unspection). Pengumpulan data dilakukan melalui observasi kelapangan dan wawancara langsung ke tenaga pendidik di SLB YPAC Pangkalpinang. Selanjutnya data yang diperoleh, kemudian dikaitkan dengan berbagai teori-teori yang relevan dan ditinjau dari penelitian penelitian yang ada seperti penelitian versi Thomson agar didapat gambaran secara konfrehensif atas kondisi obyektif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi bimbingan individual non akademik untuk meningkatkan prestasi peserta tunarungu wicara di SLB YPAC Pangkalpinang dapat memperoleh hasil yang cukup baik, sehingga itu bisa dibuktikan dengan para peserta didik tunarungu wicara bisa menghasilkan prestasi dibidang olahraga dan karya seni diantaranya kerajinan melalui media piring, kegiatan kelas melukis, kegiatan tata boga membuat bronis lumer, membuat busana yang bisa digunakan untuk kegiatan fashion show. Selain itu peserta didik tunarungu wicara berprestasi di bidang olahraga seperti ajang Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN)dan juga dibidang seni seperti juara FLS2N.