INDONESIA:
Perubahan sosial di era globalisasi membawa dampak pada penurunan moral generasi muda. Kondisi ini menuntut adanya media edukatif yang dapat menyampaikan pesan moral secara efektif. Salah satunya adalah film Miracle in Cell No. 7 versi Indonesia, yang selain menyajikan hiburan juga menghadirkan kritik sosial dan nilai kemanusiaan yang sejalan dengan ajaran Islam. Film ini menceritakan perjalanan Dodo Rozak, seorang ayah dengan keterbatasan intelektual, yang harus menghadapi tuduhan keliru hingga dijatuhi hukuman mati. Kisah tersebut sarat dengan konflik moral yang relevan untuk dikaji dari perspektif Islam.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian kepustakaan (library research). Sumber utama penelitian adalah film Miracle in Cell No. 7 versi Indonesia, sementara data pendukung diperoleh dari buku, artikel ilmiah, dan karya terdahulu yang relevan. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui dokumentasi dan studi pustaka. Analisis data menggunakan analisis isi serta teori semiotika Roland Barthes dengan menelaah makna denotatif, konotatif, dan mitos pada adegan-adegan film.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konflik moral yang digambarkan dalam film meliputi ketidakadilan hukum, diskriminasi terhadap kaum difabel, serta penyalahgunaan otoritas. Dari perspektif Islam, hal ini terkait dengan nilai-nilai keadilan (‘adl), kejujuran (ṣidq), kesabaran, keikhlāṣan, kasih sayang, dan tanggung jawab. Selain itu, ditemukan pula pesan kemanusiaan berupa tolong-menolong, kepedulian sosial, penghormatan martabat manusia, dan cinta kasih keluarga. Nilai-nilai tersebut selaras dengan prinsip ajaran Islam yang menekankan keharmonisan hubungan manusia dengan Allāh Swt., dan dengan sesamanya. Dengan demikian, film Miracle in Cell No. 7 versi Indonesia dapat dipandang tidak hanya sebagai hiburan semata, tetapi juga sebagai sarana pendidikan moral yang menginspirasi masyarakat untuk mengamalkan nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari.