Indonesia:
Indonesia Memiliki populasi muslim terbesar di dunia, namun potensi wakaf tunai yang diperkirakan mencapai Rp. 180 triliun per tahun belum optimal. Penelitian ini mengeksplorasi praktik wakaf tunai di beberapa Kantor Urusan Agama (KUA) yang telah melaksanakannya. Rumusan masalah mencakup bagaimana implementasi wakaf tunai dilakukan melalui KUA, faktor-faktor yang memengaruhi implementasi tersebut, serta peran KUA dalam mengatasi tantangan yang ada. Penelitian ini penting karena KUA merupakan Lembaga strategis untuk pengembangan wakaf tunai.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi komparatif. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi di beberapa KUA yang dipilih dengan teknik purposive sampling untuk variasi dan representasi yang memadai. Analisis data dilakukan dengan perangkat lunak NVivo untuk mengidentifikasi tema-tema utama, pola hubungan antar tema serta memastikan validitas dan reliabilitas data.

Penelitian menunjukkan praktik wakaf tunai di Kantor Urusan Agama memiliki potensi strategis, namun masih menghadapi sejumlah tantangan. Keberhasilan implementasi dipengaruhi sejumlah faktor seperti sosialisasi dan edukasi Masyarakat, pemanfaatan teknologi digital, serta peran pemerintah dan Lembaga terkait dalam menciptakan ekosistem kebijakan yang kondusif. KUA berperan penting mengatasi tantangan tersebut melalui sosialisasi dan edukasi intensif kepada Masyarakat, peningkatan kapasitas SDM, serta kolaborasi dengan stakeholder lain. Rekomendasi penelitian mencakup penguatan regulasi wakaf tunai, optomalisasi pemanfaatan teknologi informasi, serta kebijakan pemerintah yang mendukung peran strategis KUA dalam mengoptimalkan wakaf tunai.

English:
Indonesia has the largest Muslim population in the world, yet the potential of cash waqf, estimated at IDR 180 trillion annually, remains underutilized. This study explores the practice of cash waqf in several Religious Affairs Offices (KUA) that have implemented it. The research questions address how cash waqf is implemented through KUAs, the factors influencing its implementation, and the role of KUAs in addressing existing challenges. This study is significant because KUAs serve as strategic institutions for the development of cash waqf.

This research employs a qualitative approach with a comparative study design. Data were collected through observation, interviews, and documentation at selected KUAs using purposive sampling to ensure adequate variation and representation. Data analysis was conducted using NVivo software to identify key themes, patterns of relationships between themes, and to ensure data validity and reliability.

The findings indicate that cash waqf practices in Religious Affairs Offices hold strategic potential but still face several challenges. Successful implementation is influenced by factors such as public socialization and education, the use of digital technology, and the role of the government and related institutions in creating a conducive policy ecosystem. KUAs play a crucial role in addressing these challenges through intensive public outreach and education, human resource capacity building, and collaboration with other stakeholders. The study recommends strengthening cash waqf regulations, optimizing information technology utilization, and government policies that support the strategic role of KUAs in maximizing cash waqf potential.