INDONESIA:
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena toxic productivity semakin meningkat pada mahasiswa tingkat akhir terutama semester IX (sembilan), ditandai dengan rasa bersalah saat beristirahat, mudah cemas, hingga kelelahan fisik maupun mental. Kondisi ini muncul karena adanya tuntutan akademik seperti penyusunan skripsi, tekanan sosial, serta budaya kerja berlebihan yang berkembang di kalangan generasi muda. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas konseling Cognitive Behavior Therapy dalam mengurangi gejala toxic productivity.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen Single Subject Research (SSR) desain A-B-A. Populasi penelitian adalah mahasiswa tingkat akhir di IAIN SAS Bangka Belitung, sedangkan sampelnya adalah subjek tunggal yaitu satu mahasiswi yang dipilih melalui teknik purposive sampling. Data dikumpulkan melalui observasi, angket toxic productivity, dan dokumentasi. Instrumen penelitian angket berbasis skala likert yang telah diuji validitas dan reliabilitas dengan bantuan program Rasch Model menggunakan Winstep. Analisis data dilakukan secara deskriptif melalui analisis visual dalam kondisi (A1, B, A2) maupun antar kondisi untuk melihat perubahan perilaku target setelah diberikan intervensi konseling Cognitive Behavior Therapy.

Hasil penelitian menunjukkan skor toxic productivity pada fase baseline awal (A1) konsisten di angka 80–80–80. Setelah diberikan intervensi (B), skor mengalami penurunan bertahap yaitu 75-65-65-60-57,5-52,5 menunjukkan perubahan positif signifikan. Pada fase baseline ulang (A2), skor berada pada 62,5-65-70, lebih rendah dibandingkan A1 meskipun sedikit meningkat setelah intervensi dihentikan. Temuan ini membuktikan bahwa konseling Cognitive Behavior Therapy efektif dalam mengurangi toxic productivity pada mahasiswa semester IX (sembilan), membantu subjek mengelola tuntutan akademik secara lebih adaptif, serta menjaga keseimbangan antara produktivitas dengan kesehatan mental dan fisik.