Skripsi ini mengkaji mengenai bentuk komunikasi, baik itu komunikasi verbal maupun komunikasi nonverbal yang digunakan guru dalam mengajar anak berkebutuhan khusus tunarungu tingkat SMA di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Pangkalpinang. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana bentuk komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal yang dilakukan guru, baik guru khusus tunarungu maupun guru mata pelajaran dalam proses belajar mengajar di kelas demi memberikan pendidikan kepada peserta didik tunarungu. Peneliti tertarik dan ingin mengetahui bagaimana bentuk kedua komunikasi ini digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa tunarungu dalam aktivitas belajar mengajar di kelas tunarungu.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif, yang mana hasilnya diperoleh melalui metode wawancara mendalam kepada para guru dan siswa yang menjadi objek penelitian, metode observasi berupa pengamatan saat sedang berlangsungnya interaksi belajar mengajar di kelas, yang dilakukan sendiri oleh peneliti, dan di perkuat dengan metode pengumpulan data yang diperoleh peneliti secara langsung dari Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Pangkalpinang tersebut. Waktu yang dilaksanakan penelitian pada bulan Mei, Juni, dan Desember dalam mengumpulkan hasil yang relevan
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa komunikasi yang digunakan guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa tunarungu menggunakan bentuk komunikasi verbal seperti berbicara, mendengar, menulis, serta membaca. Dan komunikasi nonverbal seperti, kinesik, sentuhan, kronemik, proksemix, dan vokal (Paralanguage). Dominan komunikasi yang digunakan antara kedua komunikasi tersebut adalah komunikasi nonverbal bentuk kinesik. Saran peneliti untuk beberapa pihak seperti guru di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Pangkalpinang untuk tetap semangat dalam memberikan pendidikan kepada siswa didik di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Pangkalpinang tersebut. Untuk orang tua siswa tetaplah menjalin kerjasama dengan guru mengenai perkembangan anak-anak untuk pencapaian proses belajar mengajar yang lebih baik, dan untuk pemerintah ataupun dinas pendidikan sebaiknya menyediakan pelatihan mengenai bahasa isyarat bagi guru yang akan mengajar siswa tunarungu sehingga guru mempunyai bekal mengenai komunikasi anak tunarungu.