Problematika parenting berpengaruh signifikan terhadap perkembangan siswa di SMA Negeri 1 Puding Besar, terutama yang berdomisili di Desa Puding Besar. Banyak orangtua kurang efektif dalam membatasi teknologi, mengawasi anak, dan terlibat dalam pendidikan mereka. Rendahnya tingkat pendidikan orangtua turut memicu kenakalan remaja, putus sekolah, dan MBA (Married By Accident). Beberapa remaja merasa kurang perhatian atau terlalu dikekang, sehingga mencari kebebasan dengan cara menyimpang. Minimnya partisipasi orangtua dalam kegiatan sekolah memperburuk situasi. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tipe parenting siswa bermasalah, mengidentifikasi problematikanya, serta menganalisisnya dalam perspektif pendidikan Islam.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus. Sumber data primer diperoleh dari orangtua dan siswa bermasalah, guru PAI, guru BK, tokoh agama, dan tokoh masyarakat. Sumber data sekunder mencakup foto, arsip sekolah dan desa, catatan lapangan, serta referensi akademik seperti buku dan jurnal. Teknik pengumpulan data meliputi wawancara, observasi, dan dokumentasi, sementara analisis data dilakukan melalui reduksi, penyajian, dan verifikasi/pengambilan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat 4 tipe parenting yaitu otoriter, permisif, demokratis, dan penelantaran. Pola asuh otoriter, permisif, dan penelantaran berdampak negatif pada disiplin, kepercayaan diri, dan perilaku. Sementara pola demokratis lebih efektif membentuk kemandirian, kepercayaan diri, dan tanggung jawab. Orangtua di Desa Puding Besar cenderung menggabungkan beberapa tipe parenting secara tidak selaras, yang berpotensi memberikan dampak negatif pada perkembangan anak. Pola asuh sebagian besar orangtua siswa bermasalah juga mengarah pada toxic parenting, seperti pengawasan berlebihan dan kekerasan verbal, yang merugikan perkembangan sosial, emosional, dan akademik anak. Dari perspektif pendidikan Islam, pola asuh orangtua masih terbatas pada praktik ibadah ritual dan penerapan nilai-nilai Islam dalam pengembangan akhlak anak. Tantangan utama mencakup rendahnya pendidikan orangtua, keterbatasan waktu, dan minimnya pelatihan parenting Islami. Kolaborasi antara sekolah, orangtua, pemerintah desa dan tokoh agama yang rendah, menuntut sinergi untuk program parenting Islami yang efektif.