INDONESIA:
Anak autisme merupakan anak yang mengalami gangguan perkembangan kognitif dan interaksi sosialnya. Hal ini mengakibatkan anak yang mengalami gangguan autisme ini tidak dapat berinteraksi sosial dengan lingkungan sekitarnya dan memiliki dunianya sendiri tanpa melibatkan orang lain. Dalam penelitian ini bertujuan untuk membantu anak autisme agar dapat mengoptimalkan kemampuan interaksi sosial dengan mendapatkan pendidikan melalui sekolah inklusi. Dimana anak autisme ini diberikan kesempatan belajar bersama teman-temannya pada kelas regular. Objek dalam penelitian ini adalah SD Negeri 33 Pangkalpinang. Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan penelitian lapangan (field research) yang bersifat kualitatif analisis deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV dengan insial FAS yang masuk dalam kategori Anak Berkebutuhan Khusus yang mengalami gangguan autistik. Data yang dihasilkan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan klien FAS mengalami perkembangan yang bisa dibilang sangat pesat saat bersekolah di SD Negeri 33 Pangkalpinang. Dimana klien FAS sudah biasa berinteraksi dengan teman-temannya di lingkungan sekolah. Dari segi lifeskill juga klien FAS mengalami peningkatan karena sudah mampu mencontohkan/meniru kebiasan- kebiasan yang dilakukan teman sekelanya. Hal ini disebabkan oleh dengan upaya yang diberikan adalah penerapan bimbingan dan konseling kepada klien FAS yang meliputi aspek 1) pemberian program belajar individual dan stimulus agar cepat merespon, 2) pemberian empati sosial kepada anak autisme, dan 3) penerapan kemampuan yang ada dalam diri (lifeskills) melalui imitasi.