INDONESIA:
Pernikahan dini merupakan pernikahan yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki umur relatif muda yaitu (10-19 tahun). Masalah pernikahan dini selalu menjadi topik yang menarik untuk di perbincangkan, karena sering menimbulkan pro dan kontra dari berbagai pihak. Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan secara sah oleh seseorang laki – laki atau perempuan yang belum cukup umur dan belum mempunyai persiapan dan kematangan dalam berkeluarga, sehingga di khawatirkan akan mengalami sejumlah resiko yang besar. Resiko ini bisa berpengaruh bagi perempuan dalam segi kesehatan saat melahirkan. Penelitian ini bertujuan untuk menegtahui dinamika penerimaan diri pada remaja menikah usia dini di desa Ranggi Asam Kecamatan Jebus, Kabupaten Bangka Barat. Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Metode pengumpulan data dengan dokumentasi dan wawancara, proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Dalam penelitian ini peneliti mengambil tiga partisipan ynag berdomisili di Desa Ranggi Asam, Kecamatan Jebus, Kabupaten Bangka Barat dengan Karakteristik partisipan wanita yang menikah usia dini dan berusia di bawah 19 tahun. Hasil yang di dapatkan dari penelitian ini dinamika penerimaan diri pada remaja menikah usia dini yaitu Ketiga subjek memiliki perbedaan dalam penerimaan diri. (1) subjek pertama YL sejak awal ia memiliki kesulitan dalam menerima dirinya, dan itupun terjadi setelah ia menikah dan sampai saat ini sudah lima tahun menjalani pernikahannya. (2) subjek MZ di awal sebelum menikah sudah merasakan sulit menerima dirinya, hingga pada saat di awal menikah pun MZ masih merasa kesulitan dalam penerimaan dirinya. Akan tetapi,sudah enam bulan berlalu setelah MZ mengalami perceraian dengan suaminya MZ mengalami perubahan perilakudan MZ pun sudah bisa menerima dirinya. (3) subjek RB yang sejak dari awal menikah ia sudah bisa menerima dirinya baik itu sebelum menikah ataupun setelah menikah, hingga saat ini RB pun sudah merasa berkecukupan dengan kehidupannya. Berdasarkan dari hasil penelitian terdapat bahwa faktor - faktor yang memengaruhi penerimaan diri ketiga subjek, yaitu pemahaman diri, tidak adanya hambatan dari lingkungan, penolakan keluarga dan sosial, dan pola asuh orang tua.