INDONESIA:
Penelitian ini membahas dua permasalahan utama, yaitu penerapan kitab Al- Ikhtishar dalam meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning serta pemahaman santri terhadap kitab kuning di Pondok Pesantren Salaf Ta’limul Muta’alim Desa Air Kuang. Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana proses penerapan kitab tersebut dalam pembelajaran serta sejauh mana santri memahami isi kitab kuning setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan kitab Al-Ikhtishar.

Metodelogi yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif. Lokasi penelitian di Pondok Pesantren Salaf Ta’limul Muta’alim Desa Air Kuang Kecamatan Jebus. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer kitab Al-Ikhtishar karangan Amin Fauzan Badri dan data sekunder buku pendukung, artikel online, skripsi, youtube, dan lain-lain. Populasi atau responden penelitian adalah Kyai Imam Suhadak, Ahmad Rizal, Ustadzah Siti Syaifaturrahma selaku guru pengajar, dan santri mukim kelas Madrasah Diniyah. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun teknik pengolahan data Miles dan Huberman dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan.

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Penerapan kitab Al-Ikhtishar di Pondok Pesantren Salaf Ta’limul Muta’alim, Desa Air Kuang, terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning. Pembelajaran dilakukan di dua kelas melalui metode bertingkat, dimulai dari salam hingga evaluasi materi. Santri diajak membaca dan menghafal nadhoman, menjawab pertanyaan, serta memahami materi dengan contoh konkret. Setelah itu, pembelajaran dilanjutkan dengan kitab kuning seperti Safinatun Najah melalui pendiktean, penerjemahan, dan pencatatan, yang memperkuat pemahaman teks Arab gundul. (2) Pemahaman santri dalam membaca kitab kuning di Pondok Pesantren Salaf Ta’limul Muta’alim tergolong sangat baik, didukung oleh penggunaan kitab Al-Ikhtishar sebagai media pembelajaran Nahwu dan Shorof yang efektif dan efisien. Seluruh santri mukim mampu membaca kitab kuning, meskipun dengan waktu mondok yang terbatas. Kitab ini menjadi solusi praktis dibandingkan kitab-kitab klasik, dan terbukti mempercepat penguasaan materi, yang dievaluasi melalui perlombaan tahunan dan indikator pemahaman seperti membaca, menerjemah, dan memahami struktur kalimat.

Posisi penelitian ini peneliti sepakat dengan Moh. Muslim, karena sama-sama menggunakan metode Al-Ikhtishar, meskipun dilakukan di lokasi yang berbeda. Penelitian ini tidak sepakat dengan Naili Yaturrochmah, Fahmi Fachruddin, Siti Soleha, Ahmad Ilmi, Siti Aminatus Sholehah, Izzul Fata Annaji, Meliza Sentia, Siti Salamah, Nurhalimah, yang terletak pada media dan metode yang digunakan di masing-masing penelitian, Meski berbeda semuanya bertujuan sama, yaitu meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning sesuai dengan kondisi masing- masing pesantren.