INDONESIA :
Koperasi Amaliyah Kementerian Agama Kabupaten Belitung dalam prakteknya belum sepenuhnya dapat dikategorikan sebagai koperasi berbasis syariah, karena dalam pelaksanaannya masih mengandung unsur-unsur riba. Hal ini menunjukkan bahwa koperasi ini belum menerapkan kaidah-kaidah yang berlaku pada koperasi syariah secara umum. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana persepsi anggota Koperasi Amaliyah Kementerian Agama Kabupaten Belitung tentang riba, serta bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemahaman anggota terkait riba.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan Jenis penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Sumber data dalam penelitan ini ada dua, yaitu data primer dan data sekunder. teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Uji keabsahan data menggunakan trianggulasi sumber dan trianggulasi teknik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anggota Koperasi Amaliyah memiliki pemahaman mendalam mengenai konsep riba. Mereka menyadari bahwa riba merupakan praktik yang dilarang dalam ajaran Islam dan dianggap sebagai masalah yang mempengaruhi aspek spiritual, moral, dan keberkahan ekonomi. Para anggota percaya bahwa keberadaan riba dapat merusak keberkahan dalam kehidupan ekonomi mereka. Pelatihan dan seminar rutin dipandang sebagai cara yang efektif untuk meningkatkan pemahaman anggota tentang riba. Kegiatan ini membantu menjelaskan konsep-konsep abstrak mengenai riba dengan memberikan contoh konkret praktik keuangan yang sesuai dengan prinsip syariah. Dengan demikian, penelitian ini merekomendasikan penguatan program edukasi berbasis syariah sebagai langkah strategis dalam mengatasi praktik riba di Koperasi Amaliyah.

INGGRIS :

Amaliyah Cooperative of the Ministry of Religious Affairs of Belitung Regency in practice cannot be fully categorized as a sharia-based cooperative, because in its implementation it still contains elements of usury. This shows that this cooperative has not implemented the rules that apply to sharia cooperatives in general. The formulation of the problem in this study is how the perception of members of the Amaliyah Cooperative of the Ministry of Religion of Belitung Regency about usury, and how efforts can be made to improve members' understanding of usury.

This research uses a qualitative approach with the type of research applied in this research is a case study. There are two data sources in this research, namely primary data and secondary data. data collection techniques through interviews, observation, and documentation. Test the validity of the data using triangulation of sources and triangulation of techniques.

The results show that members of Amaliyah Cooperative have a deep understanding of the concept of usury. They realize that usury is a practice that is prohibited in Islamic teachings and is considered a problem that affects spiritual, moral, and economic blessings. The members believe that the existence of usury can ruin the blessings in their economic life. Regular training and seminars are seen as an effective way to improve members' understanding of usury. These activities help explain abstract concepts of usury by providing concrete examples of financial practices that comply with sharia principles. Thus, this study recommends strengthening sharia-based education programs as a strategic step in addressing usury practices in Amaliyah Cooperative.