INDONESIA:
Penelitian ini membahas peran asatidz dalam membina akhlak santri di Pondok Pesantren Nurul Falah Air Mesu Timur. Pembinaan akhlak merupakan aspek penting dalam pendidikan pesantren yang bertujuan membentuk karakter santri sesuai dengan nilai-nilai Islam. Asatidz memiliki peran sentral dalam pembentukan akhlak santri yang dilakukan melalui pengajaran, keteladanan, dan pembinaan rutin. Asatidz juga menerapkan pendekatan personal untuk membangun hubungan yang kuat dengan santri karena asatidz merupakan penasehat, pendidik, motivator, teladan dan faktor pendukung lainnya

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang memaparkan hasil penelitian dan mendeskripsikan data-data yang diperoleh tentang peran asatidz dalam membina akhlak santri di pondok pesantren Nurul Falah Air Mesu Timur. Subjek penelitian terdiri dari 1 pimpinan pondok pesantren, 1 Direktur Ri’ayah dan Kurikulum, 1 Kepala Ri’ayah, 1 Koordinator santri, 2 Tenaga pendidik, 6 santri. Sumber data penelitian yang diperoleh adalah sumber data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan Teknik analisis data menggunakan redukasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran asatidz dalam membina akhlak santri di pondok pesantren Nurul Falah Air Mesu Timur ini sudah berjalan dengan baik yang mana terdapat beberapa peran seperti, asatidz sebagai penasehat, sebagai pendidik, sebagai motivator, dan juga sebagai teladan bagi santri. Kemudian terdapat juga sedikit faktor penghambat bagi asatidz dalam membina akhlak. Adapun faktor tersebut A. faktor internal yang ada di dalam pondok pesantren itu sendiri yang meliputi 1. Asatidz yang kurang jumlahnya dalam mendidik santri, dan belum mampu mengontrol diri untuk lebih tenang dalam menangani masalah. 2. Santri yang memiliki karakter yang berbeda-beda sehingga menjadi pengaruh dalam membina akhlak dan terdapat santri yang sering melanggar. B. Faktor eksternal meliputi 1. Media sosial yang mudah diakses dapat mengganggu Media sosial memungkinkan santri berinteraksi dengan siapa saja tanpa pengawasan, yang bisa berisiko membawa pengaruh negatif seperti pergaulan bebas dan pemikiran yang bertentangan dengan ajaran pesantren. 2. orang tua yang kurang menerima ketika anaknya diberikan sanksi oleh asatidz ketika melanggar dan terlalu berlebihan dalam mendukung anaknya ketika salah.