Syaikh Abdurrahman Siddik adalah ulama asli keturunan Banjar, Kalimantan Selatan dan beliau memiliki darah keturunan ulama besar Syeh Muhammad Arsyad al-Banjari. Maka wajarlah kemudian beliau menjadi kebanggaan dan ulama warisan pulau Kalimantan. Sejak lahir, masa kecil, bergaul, belajar menuntut ilmu selama di kampung halaman hingga ia berusia 27 tahun (1857-1884).
Syaikh Abdurrahman Siddik juga seorang ulama kebanggaan dan ulama warisan pulau Bangka. Kurang lebih 12 tahun (1898-1910) mengajar, berdakwah, mendidik dan mengabdi bagi masyarakat pulau Bangka serta menghasilkan beberapa buku yang hingga sekarang ini tetap dipelajari oleh sebagian masyarakat Bangka.
Beliau juga adalah seorang ulama kebanggaan dan ulama warisan kepulauan Riau, tepatnya daerah Kuala Hidayat, Sapat, Tembilahan, Indragiri Hilir dan sekitarnya dan Riau pada umumnya. Selama 27 tahun (1912-1939), beliau berdakwah, mengajar, bahkan memiliki lembaga pendidikan berupa pesantren di Kuala Hidayat dan sempat menjadi mufti kerajaan Indragiri Hilir hingga beliau menghembuskan nafas terakhirnya di Pulau ini, yaitu di desa Kuala Hidayat, Tembilahan, Kepulauan Riau.