INDONESIA:

Badan nasional penanggulangan terorisme (BNPT) melalui forum koordinasi pencegahan terorisme (FKPT) Bangka Belitung, melakukan survey terhadap 5.000 pelajar sekolah menengah atas (SMA) se-Bangka Belitung, dari hasil survey tersebut, hampir 40 persen pelajar ini terpapar radikalisme. Propaganda radikalisme bisa menyerang siapapun termasuk peserta didik di MAN Insan Cendekia Bangka Tengah, maka dari itu mencegah radikalisme di sekolah tidak harus menunggu adanya korban yang terpengaruh oleh radikalisme ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya pencegahan radikalisme pada siswa MAN Insan Cendekia Bangka Tengah dan faktor-faktor pendukung serta penghambatnya.
Peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualititatif. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknis analisis data dapat dilakukan melalui reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil Penelitian ini menunjukkan: (1) upaya pencegahan radikalisme pada siswa MAN Insan Cendekia Bangka Tengah dilakukan dengan cara pembatasan dan pengawasan organisasi keagamaan, buku, majalah, buletin. Pembatasan jadwal penggunaan laptop dan membuka media sosial, adanya pengedukasian mengenai penguatan moderasi beragama juga penanaman deradikalisme. Pengawasan tentunya terus dilakukan agar para alumni tidak menjadi wadah untuk menyelipkan radikalisme.
(2) Faktor pendukung yaitu adanya pembelajaran agama di kelas maupun di luar kelas, pengadaan seminar moderasi beragama. Adanya konselor sebaya, yaitu duta harmoni. Sekolah berakreditasi A, aturan jumlah peserta didik baru yaitu 96 siswa setiap tahunnya. Memiliki renstra sendiri sehingga sekolah mempunyai anggaran sendiri mengenai sosialisasi pemahaman moderasi beragama. Kepala sekolah juga sudah menjalankan pelatihan instruktur moderasi beragama. (3) Faktor penghambat yaitu adaya faktor eksternal yaitu campur tangan pihak luar baik keluarga peserta didik maupun teman atau pihak luar yang terhubung dengan peserta didik, namun dengan adanya kewajiban untuk tinggal di asrama, mewajibkan peserta didik mengikuti kajian ataupun seminar yang diadakan sekolah dan adanya pengawasan serta pengedukasian tentu diharapkan mampu menanggulangi masuknya bahaya radikalisme.