INDONESIA

Penanaman karakter religius sangat dibutuhkan oleh anak permasalahan-permasalahan yang menyimpang dari ajaran agama. Rendahnya sikap religius anak dikarenakan banyaknya budaya asing yang berpengaruh buruk terhadap perkembangan karakter religius anak, banyak hal yang tidak pantas dan tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku dan norma agama. Seperti sering terjadi pada anak-anak pelajar yang sedang menuntut ilmu adanya tawuran antar pelajar, pelajar dengan guru, pelajar dengan aparat, tingginya pemakaian narkoba dikalangan remaja yang berakibat fatal. Berdasarkan hal tersebut, bahwa ustadz memegang peranan penting dalam membina, membentuk dan merubah karakter anak menjadi manusia yang berakhlak mulia, berilmu dan mempunyai kemandirian, agar tingkah laku atau pengalaman sehari-hari yang dilakukan sesuai dengan norma-norma agama. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan tentang peran ustadz dalam membentuk karakter religius anak usia 6 – 10 tahun dan mendeskripsikan faktor penghambat dalam membentuk karakter religius anak usia 6 – 10 tahun di masjid Nurul Huda dusun Air Abik kecamatan Belinyu.

Jenis peneltian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif, penelitian kualitatif deskriptif merupakan penelitian yang berkaitan dengan pengkajian fenomena secara lebih rinci. Metodologi pengumpulan data yang dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) peran ustadz dalam membentuk karakter religius anak usia 6 – 10 tahun dengan mengajarkan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, mengomsumsi makanan yang sehat, bertutur kata dengan lembut kepada orang tua, senantiasa munuruti perintah orang tua, memberikan contoh keteladanan disiplin, berbicara sopan saat berinteraksi kepada seluruh keluarga, dan selalu berbuat ikhlas pada saat menolong sesama. (2) Faktor penghambat dalam membentuk karakter religius anak usia 6 - 10 tahun meliputi: Faktor lingkungan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Faktor pendidikan orang tua, rendahnya pendidikan orang tua sehingga membuat mereka menitipkan anaknya untuk belajar agama di lembaga non formal. Faktor perkembangan zaman seperti teknologi yang semakin canggih sehingga membuat anak lebih mementingkan handpone-nya daripada mengikuti kegiatan keagamaan.