Penggunaan pengeras suara di Indonesia sudah sangat luas, tidak hanya digunakan pada kegiatan-kegiatan formal dan informal saja, bahkan digunakan hingga tempat-tempat keagamaan. Adanya aturan mengenai penggunaan pengeras suara yang termaktub dalam Surat Edaran Menteri Agama Nomor 05 Tahun 2022 Tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Tempat Ibadah, menjadikan pro dan kontra dalam masyarakat. Permasalahan yang akan peneliti angkat dalam tulisan ini ialah, untuk melihat bagaimana Implementasi Surat Edaran Menteri Agama Nomor 05 Tahun 2022 Tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Kecamatan Bukit Intan Kota Pangkalpinang, beserta Tinjauan Maslahah Mursalah terhadap implementasi Surat Edaran tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan Yuridis-Empiris. Sumber dari penelitian ini yaitu data primer yang diperoleh dari observasi dan wawancara dengan beberapa ketua masjid, beserta wawancara dengan beberapa masyarakat yang bertempat tinggal di sekitaran masjid yang diteliti. Kemudian dilengkapi pula dengan data sekunder yang mendukung.
Implementasi Surat Edaran Menteri Agama Nomor 05 Tahun 2022 Tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Tempat Ibadah Studi Kasus di Kecamatan Bukit Intan Kota Pangkalpinang, menunjukkan bahwa dari 10 masjid yang menjadi objek penelitian ini, hanya 2 masjid yang menerapkan. Selebihnya tetap menggunakan pengeras suara seperti biasa. Tinjauan Maslahah Mursalah terhadap Implementasi Surat Edaran tersebut di Kecamatan Bukit Intan Kota Pangkalpinang, merupakan wujud dari pemeliharaan terhadap agama (hifzh al-diin) dan jiwa (hifzh al-nasl) masyarakat di tengah-tengah keberagaman agama dan kepercayaan. Perwujudannya dapat dilakukan dengan memperhatikan baik dari segi besaran volume, kualitas suara yang dihasilkan, maupun waktu penggunaan pengeras suara masjid, supaya kerukunan antar umat beragama di kecamatan ini tetap terjaga dengan baik sampai kapan pun.